Pelangi terbentuk ketika cahaya matahari melewati tetesan air di udara, seperti saat hujan atau di dekat air terjun, dan mengalami tiga proses utama: pembiasan, pemantulan, dan penyebaran. Berikut adalah proses pembentukan pelangi secara rinci:
- Pembiasan (Refraction): Cahaya matahari masuk ke tetesan air dan mengalami pembiasan atau pembelokan. Karena cahaya matahari terdiri dari banyak warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu), setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda dan membelok dengan sudut yang sedikit berbeda.
- Pemantulan (Reflection): Setelah memasuki tetesan air, cahaya mencapai bagian belakang tetesan dan dipantulkan kembali ke arah depan tetesan. Pemantulan ini menyebabkan cahaya tetap berada di dalam tetesan air.
- Pembiasan Kedua (Second Refraction): Cahaya yang terpantul di dalam tetesan air mengalami pembiasan sekali lagi saat keluar dari tetesan air menuju udara. Pembiasan kedua ini menyebabkan cahaya terurai menjadi berbagai warna yang terlihat sebagai pelangi.
Karena setiap warna cahaya membelok pada sudut yang berbeda, warna-warna tersebut terlihat menyebar dalam bentuk busur berurutan, dari merah di bagian luar hingga ungu di bagian dalam.
Mengapa Pelangi Berbentuk Busur?
Pelangi berbentuk busur karena sudut pembiasan dan pemantulan cahaya yang konsisten di setiap tetesan air membentuk pola melingkar. Jika dilihat dari pesawat atau dari ketinggian, pelangi dapat tampak seperti lingkaran penuh. Namun, dari permukaan tanah, kita biasanya hanya melihat bagian atas busur.
Pelangi hanya dapat terlihat ketika matahari berada di belakang pengamat dan tetesan air berada di depan, biasanya pada pagi atau sore hari ketika posisi matahari lebih rendah di langit.