Sejarah Megah di Balik Simbol Keabadian

Tembok Besar Cina adalah salah satu keajaiban dunia yang nggak cuma keren dilihat, tapi juga penuh cerita epik. Dari alasan pembangunannya, kisah heroik yang mewarnai, sampai kondisinya sekarang, semuanya bikin tembok ini lebih dari sekadar tumpukan batu.

Siapa yang Membangun dan Kenapa?

Tembok ini mulai dibangun sekitar abad ke-7 SM oleh berbagai negara bagian Cina kuno. Tapi, tembok seperti yang kita kenal sekarang itu lahir di era Dinasti Qin (221-206 SM) di bawah Kaisar Qin Shi Huang. Tujuannya? Melindungi wilayah Cina dari serangan suku nomaden seperti Xiongnu yang sering bikin rusuh di perbatasan.

Pembangunan tembok ini nggak berhenti di era Qin. Dinasti-dinasti berikutnya, seperti Han dan Ming, terus memperluas dan memperbaiki tembok ini. Apalagi di zaman Ming (1368-1644), tembok ini diperkuat pakai batu bata dan batu besar, jadinya makin kokoh. Total panjangnya? Lebih dari 21.000 km! Bayangin aja, itu setara lebih dari separuh keliling bumi.

Berikut adalah informasi tentang para raja dan periode sejarah Tiongkok yang berkontribusi dalam pembangunan Tembok Besar Tiongkok:


1. Tembok Awal (Periode Pra-Qin, Abad ke-7–4 SM)

  • Raja-raja: Berbagai raja dari Periode Negara-Negara Berperang (era Dinasti Zhou).
  • Kontribusi: Tembok-tembok independen dibangun oleh negara-negara seperti Qin, Zhao, Yan, dan Wei untuk melindungi wilayah mereka dari serangan negara tetangga dan suku nomaden di utara.

2. Dinasti Qin (221–206 SM)

  • Raja: Kaisar Qin Shi Huang (Kaisar pertama Tiongkok).
  • Kontribusi:
    • Menghubungkan tembok-tembok yang telah dibangun oleh Negara-Negara Berperang menjadi satu sistem pertahanan.
    • Memperkuat dan memperpanjang tembok untuk melindungi dari serangan suku Xiongnu (suku nomaden dari utara).
    • Tembok dibangun terutama menggunakan tanah padat dan kayu.
  • Pentingnya: Ini adalah langkah besar pertama dalam menyatukan Tembok Besar.

3. Dinasti Han (202 SM–220 M)

  • Raja-raja: Berbagai kaisar, terutama Kaisar Wu (berkuasa 141–87 SM).
  • Kontribusi:
    • Memperluas tembok ke arah barat untuk melindungi jalur perdagangan Jalur Sutra.
    • Membangun bagian tembok baru di Gurun Gobi menggunakan alang-alang dan pasir.
    • Menambahkan menara sinyal dan stasiun garnisun untuk komunikasi dan pertahanan.

4. Dinasti-Dinasti Utara (386–581 M)

  • Raja-raja: Dinasti Wei Utara, Qi Utara, dan dinasti lainnya selama periode perpecahan.
  • Kontribusi: Memperbaiki dan membangun tembok untuk menghadapi serangan dari suku nomaden, seperti Rouran dan Göktürk.

5. Dinasti Ming (1368–1644)

  • Raja-raja: Berbagai kaisar, terutama:
    • Kaisar Hongwu (pendiri) memulai restorasi.
    • Kaisar Yongle melanjutkan pembangunan.
    • Kaisar Wanli memimpin pembangunan besar-besaran.
  • Kontribusi:
    • Membangun tembok dengan batu bata dan batu yang tahan lama, seperti yang kita lihat hari ini.
    • Memperkuat pertahanan dengan menara penjaga, stasiun garnisun, dan gerbang.
    • Fokus pada perlindungan dari serangan Mongol dan ancaman utara lainnya.

Data Pembangunan:

  • Dinasti Qin menggunakan tanah dan kayu, sedangkan Dinasti Ming menggunakan batu bata dan batu, menjadikannya lebih tahan lama.
  • Tembok Ming adalah bagian yang paling terkenal dan terpelihara, termasuk lokasi populer seperti Badaling dan Mutianyu.

Setiap era menyesuaikan desain dan bahan Tembok Besar untuk menghadapi ancaman di zamannya, meninggalkan monumen yang mencerminkan lebih dari dua milenium sejarah.

Kisah Heroik dan Tragis di Balik Tembok

Tembok Besar nggak cuma saksi bisu perang, tapi juga cerita heroik dan tragis yang bikin hati meleleh. Salah satunya adalah kisah Meng Jiangnu, seorang wanita yang kehilangan suaminya karena dipaksa kerja rodi membangun tembok. Saat suaminya meninggal karena kelelahan, Meng Jiangnu menangis sedih di tembok, dan legendaranya air matanya bikin sebagian tembok runtuh.

Di sisi lain, ada juga cerita tentang keberanian para prajurit yang rela bertaruh nyawa buat mempertahankan tembok dari serangan musuh. Mereka sering harus bertahan di cuaca ekstrem, dengan suplai makanan yang minim. Perjuangan mereka ini bikin Tembok Besar jadi simbol keteguhan hati rakyat Cina.

Kondisi Tembok Sekarang

Walaupun usianya udah ribuan tahun, Tembok Besar masih berdiri megah. Tapi sayangnya, nggak semua bagian tembok terawat dengan baik. Beberapa bagian rusak karena cuaca, pencurian batu oleh penduduk lokal, dan minimnya perhatian di masa lalu. Untungnya, sekarang banyak usaha konservasi yang dilakukan pemerintah Cina buat menjaga warisan dunia ini tetap utuh.

Kalau kamu main ke Tembok Besar, bagian yang paling populer buat dikunjungi adalah Badaling. Tempat ini udah direnovasi dan gampang diakses turis. Tapi kalau pengen pengalaman lebih “autentik”, coba deh jelajahi bagian yang lebih terpencil seperti Jiankou atau Gubeikou.

Fakta Seru yang Bikin Tembok Besar Tambah Keren

  1. Mitos soal bisa dilihat dari luar angkasa? Ternyata nggak, guys. Tembok Besar terlalu tipis untuk dilihat dengan mata telanjang dari bulan.
  2. Bahan bangunan zaman dulu: Selain batu bata, tembok juga dibangun pakai tanah liat, kayu, bahkan beras ketan!
  3. Panjang perjalanan: Kalau kamu mau jalan kaki sepanjang tembok, siap-siap deh. Bisa-bisa kamu butuh waktu lebih dari satu tahun tanpa berhenti.

Perjalanan Direktur Yayasan sekeluarga ke Tembok Besar Cina

Pada tanggal 9 Nov 2024, Ibu Direktur dan keluarga berkesempatan mengunjungi Tembok Besar Cina. Berangkat pagi pagi dari hotel Howard Johnson Beijing, kami menumpang Kereta Beijing Metro (sejenis MRT) dengan transit di Stasiun Xizhimen menuju Stasiun Kereta Beijing Utara (Beijing North Railway Station). Dari sini kami menaiki kereta cepat yang bergerak selama 40 menit untuk mencapai Badaling. Disana kami tiba di stasiun bawah tanah yang sangat dalam berada di perut bumi. Karena untuk mencapai permukaan kami harus menaiki 2 eskalator yang panjang sekali (lebih dari 200 m dengan sudut yang curam dari kedalaman lebih dari 100m di bawah tanah.

Badaling

Papan Pengumuman di Badaling

Kereta Gantung

Untuk mencapai ketinggian Tembok Besar, pada awalnya kami merencanakan untuk mendaki dengan berjalan kaki. Tetapi setelah melihat betapa tingginya tembok tersebut, begitu terlihat dari gerbang Stasiun Kereta Badaling, maka kami pun memutuskan memakai Kereta Gantung untuk pulang pergi menuju tembok.

Terlihat Pos Komando No.8 di puncak yang tertinggi di Badaling, dengan medan berbatu batu yang luar biasa sulit untuk didaki. Terbayangkan bagaimana kesulitan para pekerja jaman dahulu yang di”paksa” oleh kaisar nya untuk membangun tembok ini.

Setelah tiba di atas, terpampang lah Tembok Besar Cina yang terkenal yang panjangnya 10.000 li atau 21,196 kilometers (13,171 miles) – yang lebih panjang daripada panjang negara kita yang hnya 3971 mil, apalagi daripada jalan lintas Pulau Jawa dari Anyer di Banten ke Banyuwangi di Ujung Timur pulau Jawa yang hanya 1000 km. Sementara itu, tembok di sekitar Badaling dan Mutianyu yang dibuat oleh Dinasti Ming Dynasty (tahun 1368–1644), membentang sejauh 8,850 kilometers (5,499 miles).

Saat kami berkunjung, tembok ini dipenuhi oleh wisatawan dari berbagai negara, tetapi yang paling banyak berkunjung adalah warga negara Cina sendiri, yang terlihat juga sangat antusias seperti kami.

Tembok ini dibuat dari batuan andesit berwarna hitam yang sangat keras dan berat. Terbayangkan kesulitan yang luar biasa saat pembuatannya dan berapa banyak korban yang tewas dalam pembuatannya.

Ibu Direktur terlihat beristirahat sejenak karena memang melelahkan berjalan ditembok yang curam sekali anak tangga nya.

Tembok Besar Cina adalah bukti nyata bahwa kegigihan manusia bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa. Jadi, kalau suatu hari kamu punya kesempatan buat menginjakkan kaki di sana, ingatlah cerita-cerita di balik batu-batunya yang penuh perjuangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *